PENGERTIAN EDEN
Didalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini[1], Eden adalah lahan yang disediakan Allah bagi Adam untuk tempat tinggalnya. Dari tempat inilah Adam dan Hawa diusir sesudah mereka berbuat dosa.
1. Nama Eden
Naskah Masora mengungkapkan bahwa Allah membuat taman di Eden (gan-be’èden; Kej 2:8), yang mengisyaratkan bahwa taman ini tidaklah melingkupi tanah (daerah) yang sama dengan Eden, tapi harus termasuk dalam lingkungan daerah Eden. Para pengulas LXX dan Vulgata dan pengulas yang kemudian memberi catatan bahwa bagi seorang yang berbahasa Ibrani, nama ‘èden mengacu kearah arti dasar yang sama bunyinya ‘kesenangan hati’ atau ‘menyenangkan hati’. Tetapi banyak ahli sekarang berpendapat bahwa Eden bukanlah nama diri, melainkan kata benda biasa yang berasal dari kata Sumer edin, artinya ‘dataran’ ‘padang tandus’, yang dipinjam, atau langsung dari bahasa Sumer, atau melalui bahasa Akad (edinu); jadi taman itu terletak di suatu dataran. Dari letaknya taman itu di Eden, maka namanya disebut Taman Eden (gan-‘èden); juga ‘Taman Allah’ (gan-elohim; Yeh 28:13,31;9) dan ‘Taman Tuhan’ (gan-YHWH; Yes 51;3). Dalam Kej 2:8 dab dipakai kata gan, artinya ‘taman’, dan dalam Yes 51:3 ‘èden sendiri, dan LXX menerjemahkan paradeisos, dan kata ini nampaknya pinjaman dari bahasa Persia kuno (bh Avesta) pairidaeza, artinya ‘yg berpagar’, yang kemudian mendapat arti ‘taman, halaman kesukaan’, dan dari pemakaian inilah berasal kata Inggris, ‘paradise’ untuk Taman Eden.
2. Sungai-sungai
Suatu sungai mengalir dari Eden, atau dari dataran itu dan mengairi taman itu. Di sana sungai itu terbagi menjadi empat cabang (ra’syim, Kej 2:10; jamak dari ro’sy). Kata ro’sy artinya ‘kepala, puncak, permulaan’. Berbagai tafsiran atas kata itu diberikan oleh para ahli dengan pengertian, baik berupa permulaan dari suatu cabang, seperti peta delta, mengikuti arah hilir, atau permulaan maupun titik pergabungan sebuah sungai dengan anak sungainya menuju arah hulu. Tiap penafsiran itu mungkin saja, tapi yang terakhirlah nampaknya yang paling mungkin. Nama keempat sungai itu, yang jelas berada diluar Taman Eden, ialah pisyon (Kej 2:11), gikhon (2:13), khiddeqel (2:14) dan perat (2:14). Kedua sungai yang terakhir disepakati sebagai Tigris dan Efrat. Tapi tentang yang mana sungai Pison dan Gihon, banyak sungai yang sudah dikemukakan, diantaranya sungai Nil dan Indus, juga anak-anak sungai Tigris di Mesopotamia. Data yang tersedia tidak memadai untuk memungkinkan penjabaran mana sungai yang pasti bagi kedua sungai itu.
Kej 2:6 mengatakan bahwa ‘ada kabut (‘èv) naik ke atas dari bumi, dan membasahi seluruh permukaan bumi itu’. Adalah kemungkinan bahwa ‘èv adalah sama dengan kata akad edu, kata pinjaman dari kata Sumer id, artinya ‘sungai’, yang merujuk kepada sebuah sungai yang mengalir atau menggenangi tanah itu dan menyediakan pengairan alam. Agaknya dapat diterima akal untuk memahaminya terkait dengan bagian dalam dari Taman Eden.
3. Isi taman itu
Tentu ucapan dalam Kej 2:5-6 dapat diterima sebagai mengacu kepada apa yang kemudian terjadi di dalam taman itu. Maka dapatlah dipradalilkan bahwa tersedia suatu lahan berupa tanah yang baik untuk ditanami (sadeh, ‘padang’) oleh Adam. Di tanah ini harus ditanam tanam-tanaman (TBI semak = siakh) dan tumbuh-tumbuhan (‘èsev) barangkali yang dimaksud secara berurutan ialah semak-semak dan padi-padian. Ada juga pepohonan dari segala macam, baik yang indah-indah maupun aneka macam pohon buah-buahan (Kej 2:9) dan ditengah-tengah taman itu ada dua pohon istimewa yaitu pohon kehidupan – jika buah pohon ini dimakan, maka manusia itu hidup untuk selamanya (Kej 3:22) dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat – buah pohon ini secara khusus dilarang dimakan (Kej 2:17, 3:3).
Sudah banyak pandangan yang dikemukakan mengenai arti ‘pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat’ ini. Satu dari pandangan yang paling umum mengartikannya sebagai pengetahuan tentang yang benar dan yang salah. Tapi sukar untuk membayangkan Adam belum mempunyai kualitas untuk itu, dan jika belum mempunyainya, mengapa dia dilarang untuk memperolehnya? Orang lain menghubungkan dengan pengetahuan duniawi, yang didapati manusia pada usia akil balik, yang dapat dipakai ke arah yang baik dan arah yang jahat. Pandangan lain menerima ungkapan ‘yang baik dan yang jahat sebagai contoh dari bahasa kiasan, dimana sepasang kata mengartikan keseluruhan, justru berarti ‘setiap hal’ dan dalam kait naskah ini berarti segala pengetahuan. Yang menentang ini ialah kenyataan bahwa Adam sesudah memakan buah dari pohon itu, tidak memperoleh segala pengetahuan. Suatu pandangan lain melihat ini melulu pohon biasa, yang dikhususkan Allah untuk menjadi kajian, yang dikhususkan Allah untuk menjadi ujian susila bagi manusia, yang dikhususkan Allah untuk menjadi ujian susila bagi manusia, yang ‘akan memperoleh pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat melalui pengalaman yang selaras dengan hal, apakah dia tetap taat, atau jatuh dalam kemurtadan’ (TAMK 1, hlm 85 dst). Ada juga binatang-binatang dalam taman itu, ternak (behema), dan binatang-binatang hutan (Kej 2:19,20); barangkali yang dimaksud mungkin adalah binatang-binatang jinak. Burung-burung juga ada di sana.
4. Daerah sekitar taman
Ada tiga daerah disebut terkait dengan keempat sungai itu. Tigris dikatakan mengalir disebelah timur Asyur’ (qidmat asysyur, harfiah ‘di hadapan asysyur’; Kej 2:14), yaitu suatu ungkapan yang bisa berarti ‘di antara asysyur dengan si pengamat’. Nama ‘asysyur dapat menunjuk kepada Negara Asyur, yang pertama kalinya timbul pada awal milenium 2 sM, atau kota Asyur, yaitu Qal’at Syarqat modern di tepi barat Sungai Tigris, ibu kota pertama dari Asyur, yang sedang berkembang pada awal milenium 3 sM. Kendati skala luas kota yang sekecil-kecilpun, kota Asyur mungkin sekali terletak pada kedua tepi Sungai Tigris maka mungkin kota itulah yang dimaksud dan bahwa ungkapan sungai Tigris ada di sebelah timur Asyur adalah tepat.
Kedua, sungai Gihon dikatakan mengalir mengelilingi savav, ‘seluruh tanah Kusy’ (kusy, Kej 2:13). Kusy dalam alkitab biasanya mengartikan Etiopia dan umumnya diterima dalam bagian ini mempunyai makna itu. Tapi ada suatu daerah di sebelah Tigris, yang menjadi daerah asal orang Kas pada milenium 2, yang mempunyai nama itu juga, dan inilah arti yang mungkin berlaku dalam bagian ini.
Ketiga, sungai Pison dikatakan (lihat diatas) mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila (Kej 2:11). Ada disebut beberapa hasil dari tempat ini, yaitu: emas, damar bedolah dan batu krisopras (Kej 2:11-12); yang terakhir ini artinya kurang pasti. Karena damar bedolah biasanya dianggap mengartikan semacam damar yang harum baunya, suatu hasil khas dari tanah Arab, dan pemakaian dua kali lagi nama Hawila dalam Alkitab menunjuk kepada bagian-bagian tanah Arab juga, maka paling kerab damar bedolah itu diterima dalam kait naskah ini juga menunjuk kepada sebagian jazirah Arab.
5. Letak taman Eden
Teori-teori mengenai letak taman Eden sudah banyak dikemukakan. Pandangan yang paling umum dipegang, oleh Calvin umpamanya, dan pada masa-masa terakhir ini oleh Friedrich Delitzsch dan yang lain-lain, ialah pandangan bahwa taman itu terletak di suatu tempat di Mesopotamia selatan. Maka Pison dan Gihon merupakan, atau, sungai galian yang menghubungkan Tigris dan Efrat, yang merupakan anak-anak sungai yang menghubungkan keduanya, atau dalam teori lain, Pison merupakan badan sungai dari Teluk Persia ke Laut Merah, yang mengelilingi jazirah Arab. Teori-teori ini mempradalilkan bahwa keempat ‘rosy’ dalam Kej 2:10 adalah anak-anak sungai yang bersatu dalam satu aliran utama, yang kemudian bermuara di Teluk Persia. Tapi kelompok teori lain mengambil ‘rosy’ menunjuk kepada anak-anak sungai yang bercabang dari suatu sumber umum asli yang mempradalilkan dan berusaha menentukan tempat taman itu di daerah Armenia, yang dari situ bersumber kedua sungai Tigris dan Efrat. Lalu kedua sungai Pison dan Gihon dijabarkan dengan beberapa sungai kecil di Armenia dan Trans-Kaukasia, dan dalam beberapa teori dengan pengertian yang diperluas, sambil mempradalilkan bahwa penulis Kej tidak tahu tempat taman itu yang pasti secara geografis, dijabarkan dengan sungai-sungai lain seperti Indus dan bahkan Gangga.
Ungkapan ‘di Eden, di sebelah timur’ (Kej 2:8), harfiah ‘di Eden, dihadapan muka’, artinya bisa, atau, taman itu ada di bagian timur Taman Eden, atau Taman Eden ialah di sebelah timur dari titik pandang si pencerita, dan ada pengulas yang membaca bagian ini begini, ‘di Eden pada jaman purba’, tapi entah yang mana pun yang tepat, karena alpanya kepastian arti dari petunjuk-petunjuk lain mengenai tempat itu, keterangan yang diberikan ini tak dapat mengurangi kegelapan pengertian ini.
Jika memang air bah meliputi seluruh dunia seperti diisyaratkan oleh berita Alkitab, maka ciri-ciri geografis yang akan membantu dalam penjabaran tempat letak Eden harus sudah berubah. Maka mengingat adanya kemungkinan itu, tempat letaknya Eden tetap tidak diketahui.
6. Dilmun
Di antara naskah-naskah sastra Sumer yang ditemukan 50 tahun yang lalu di Nippur di selatan Babel, ada sebuah naskah yang memberi keterangan tentang Dilmum, sebuah tempat yang menyenangkan; di sana tidak dikenal penyakit ataupun maut. Mula-mula di sana tidak ada air jernih, tapi Engki, dewa air, memerintahkan kepada dewa matahari supaya menangani hal ini, dan sesudah itu dilakukan, terjadilah berbagai peristiwa, dan didalam perkembangan ini nama dewi Ninti ada disebut. Di kemudian hari orang Babel menyerap nama itu dan gagasan Dilmun, dan menyebut tempat ini ‘negeri orang hidup’, di kampung halaman dari orang yang tak dapat mati. Ada kelihatan beberapa persamaan pikiran Sumer tetang Firdaus dengan Taman Eden yang ada dalam Alkitab, sehingga beberapa ahli menyimpulkan bahwa berita Firdaus yang ada di Sumer. Tapi keterangan yang sama-sama mungkin ialah, kedua berita itu mengacu kepada suatu tempat yang nyata, dan naskah Sumer telah mengutip mitos guna melengkapinya dalam perkembangan selanjutnya.
PENGERTIAN FIRDAUS
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini menulis, Firdaus adalah kata pinjaman dari bahasa Persia kuno (pairidaeza-) yang berarti taman yang dikelilingi tembok. Kata Yunani paradeisos pertama sekali dipakai oleh Xenofon untuk taman dari raja-raja Persia. LXX menerjemahkan gan ‘eden yang dalam Kej 2:8 dengan paradeisos.
1. Dalam Perjanjian Lama
Kata Ibrani Pardes diterjemahkan ‘taman’ atau ‘kebun’ dalam tiga ayat Alkitab (Neh 2:8; Pkh 2:5; Kid 4:13), jadi tidak pernah dipakai dimanapun dalam PL dalam pengertian eskatologi, seperti yang lambat laun berkembang dalam dunia Yahudi di kemudian hari. Pikiran-pikiran berikut dapat dilihat. Kata Firdaus (Aram pardesa’) dipakai untuk mengungkapkan pengertian jaman purba (bh Jerman Urzeit), lalu diperluas untuk mengandung khayalan yang tinggi-tinggi mengenai kemuliaan dan berkat dari jaman itu. Hal ini dihubungkan dengan pengharapan akan jaman Mesias di masa datang. Keadaan jaman kemuliaan yang akan datang ini akan sama dengan keadaan taman Eden pada permulaan jaman. Orang Yahudi percaya juga bahwa Firdaus ada pada jaman mereka. Firdaus yang tersembunyi inilah tempat ke mana dibawa jiwa Bapak-bapak leluhur, orang-orang pilihan dan orang-orang benar. Firdaus kuno, firdaus yang akan datang dan firdaus sekarang dipandang sebagai satu.
2. Dalam Perjanjian Baru
Kata Yunani paradeisos terdapat hanya tiga kali dalam Perjanjian Baru (Luk 23:43; 2 Kor 12:4; Why 2:7). Ayat-ayat sekitarnya menunjukan bahwa pengertiannya adalah mengenai perkembangan yang terakhir. Dalam Lukas 23:43 Yesus menggunakan kata ‘firdaus’ untuk menunjukan tempat jiwa segera sesudah seseorang mati; bnd firdaus yang tersembunyi dalam pikiran terakhir masyarakat Yahudi. Pikiran yang sama terdapat juga dalam perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus (Luk 16:19-31).
Dalam 2 Kor 12:2-4 Paulus menulis tentang pengalamannya yang diangkat ke Firdaus; disitu didengarnya kata-kata yang tak dapat diucapkan manusia (Yunani arrhêta rhêmata). Dalam hal ini Firdaus sama dengan sorga dengan kemuliannya, mungkin sama seperti dalam Lukas 23. Tempat yang satu-satunya membicarakan Firdaus dalam pengertian eskatologis ialah Why 2:7. Di sini Yesus menjanjikan akan memberikan Firdaus sebagai karunia kepada siapa yang menang. Firdaus yang sekarang akan nyata dalam kemuliannya yang sepenuhnya dengan penggenapan yang terakhir. Pikiran mengenai adanya taman Allah di dunia yang akan datang mendapat tekanan yang kuat dalam pasal-pasal terakhir Why. Lambang dari pohon kehidupan, air kehidupan dan buah yang datang 12 kali setahun merupakan kesaksian tentang kemuliaan Firdaus yang akan datang (Why 22).
3. Dalam Kamus lain
Kamus Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia[2] menulis, firdaus adalah keadaan semula dimana Allah langsung hadir pada manusia (Kej 2-3). Dalam perjanjian baru, firdaus dipakai sebagai nama lain (bahasa Persia) untuk Surga, tempat kemuliaan orang-orang yang telah meninggal (Luk 23:43, II Kor 12:14, Why 2:7). Sedangkan kamus bahasa Inggris Indonesia – Indonesia Inggris[3], Firdaus diartikan paradise (dalam bahasa Inggris), sebaliknya Paradise diartikan Sorga dan Cendrawasih. Sorga adalah tempat kemuliaan orang-orang beriman dan burung Cendrawasih adalah salah satu jenis burung yang hanya terdapat di Papua.
--------------------------------------
Pertanyaannya adalah mengapa kata pairidaeza dari bahasa Persia kuno itu diartikan taman berpagar atau taman yang dikelilingi tembok dan mengapa dari pemakaian ini berasal kata Inggris ‘paradise’ untuk Sorga dan Cendrawasih? Mengapa para ahli tidak pernah meneliti mengapa disebut ‘taman bertembok’ (pairidaeza) dari Persia Kuno dan dimanakah taman bertembok itu?
Apakah firdaus bertembok atau berpagar itu terjadi di pulau yang berbentuk burung Cendrawasih atau daerah dimana burung Cendrawasih berada? Tidak ada ulasan genealogis antara cerita Taman Eden di Alkitab, pairidaeza dari Persia, Paradise dari Inggris dengan burung Cendrawasih yang ada di Papua.
Catatan Kaki:
[1] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A – L hlm 264-266, dengan sumber pustaka, S. R Driver, The Book of Genesis, 1911, hlm 57-60; J Skinner, Genesis2, ICC, 1930, hlm 62-66; W.F Albright, ‘The Location of the Garden of Eden’, AJLS, 39.1922, hlm 15-31; E.A Speiser, ‘The Rivers of Paradise’. Festschrift Johannes Friedrich, 1959, hlm 473-485; M.G Kline, Because It Had Not Rained’, WTJ, 20, 1957-1958, hlm 146 dab, unutk VI, S.N Kramer, History Begins at Sumer, 1956, hlm 193-199; N.M Sarna, Understanding Genesis, 1966, hlm 23-28.
[2] Kamus Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 1995 halaman 342.
[3] Kamus Inggris Indonesia-Indonesia Inggris, (Surabaya : ARKOLA, 1996).
Didalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini[1], Eden adalah lahan yang disediakan Allah bagi Adam untuk tempat tinggalnya. Dari tempat inilah Adam dan Hawa diusir sesudah mereka berbuat dosa.
1. Nama Eden
Naskah Masora mengungkapkan bahwa Allah membuat taman di Eden (gan-be’èden; Kej 2:8), yang mengisyaratkan bahwa taman ini tidaklah melingkupi tanah (daerah) yang sama dengan Eden, tapi harus termasuk dalam lingkungan daerah Eden. Para pengulas LXX dan Vulgata dan pengulas yang kemudian memberi catatan bahwa bagi seorang yang berbahasa Ibrani, nama ‘èden mengacu kearah arti dasar yang sama bunyinya ‘kesenangan hati’ atau ‘menyenangkan hati’. Tetapi banyak ahli sekarang berpendapat bahwa Eden bukanlah nama diri, melainkan kata benda biasa yang berasal dari kata Sumer edin, artinya ‘dataran’ ‘padang tandus’, yang dipinjam, atau langsung dari bahasa Sumer, atau melalui bahasa Akad (edinu); jadi taman itu terletak di suatu dataran. Dari letaknya taman itu di Eden, maka namanya disebut Taman Eden (gan-‘èden); juga ‘Taman Allah’ (gan-elohim; Yeh 28:13,31;9) dan ‘Taman Tuhan’ (gan-YHWH; Yes 51;3). Dalam Kej 2:8 dab dipakai kata gan, artinya ‘taman’, dan dalam Yes 51:3 ‘èden sendiri, dan LXX menerjemahkan paradeisos, dan kata ini nampaknya pinjaman dari bahasa Persia kuno (bh Avesta) pairidaeza, artinya ‘yg berpagar’, yang kemudian mendapat arti ‘taman, halaman kesukaan’, dan dari pemakaian inilah berasal kata Inggris, ‘paradise’ untuk Taman Eden.
2. Sungai-sungai
Suatu sungai mengalir dari Eden, atau dari dataran itu dan mengairi taman itu. Di sana sungai itu terbagi menjadi empat cabang (ra’syim, Kej 2:10; jamak dari ro’sy). Kata ro’sy artinya ‘kepala, puncak, permulaan’. Berbagai tafsiran atas kata itu diberikan oleh para ahli dengan pengertian, baik berupa permulaan dari suatu cabang, seperti peta delta, mengikuti arah hilir, atau permulaan maupun titik pergabungan sebuah sungai dengan anak sungainya menuju arah hulu. Tiap penafsiran itu mungkin saja, tapi yang terakhirlah nampaknya yang paling mungkin. Nama keempat sungai itu, yang jelas berada diluar Taman Eden, ialah pisyon (Kej 2:11), gikhon (2:13), khiddeqel (2:14) dan perat (2:14). Kedua sungai yang terakhir disepakati sebagai Tigris dan Efrat. Tapi tentang yang mana sungai Pison dan Gihon, banyak sungai yang sudah dikemukakan, diantaranya sungai Nil dan Indus, juga anak-anak sungai Tigris di Mesopotamia. Data yang tersedia tidak memadai untuk memungkinkan penjabaran mana sungai yang pasti bagi kedua sungai itu.
Kej 2:6 mengatakan bahwa ‘ada kabut (‘èv) naik ke atas dari bumi, dan membasahi seluruh permukaan bumi itu’. Adalah kemungkinan bahwa ‘èv adalah sama dengan kata akad edu, kata pinjaman dari kata Sumer id, artinya ‘sungai’, yang merujuk kepada sebuah sungai yang mengalir atau menggenangi tanah itu dan menyediakan pengairan alam. Agaknya dapat diterima akal untuk memahaminya terkait dengan bagian dalam dari Taman Eden.
3. Isi taman itu
Tentu ucapan dalam Kej 2:5-6 dapat diterima sebagai mengacu kepada apa yang kemudian terjadi di dalam taman itu. Maka dapatlah dipradalilkan bahwa tersedia suatu lahan berupa tanah yang baik untuk ditanami (sadeh, ‘padang’) oleh Adam. Di tanah ini harus ditanam tanam-tanaman (TBI semak = siakh) dan tumbuh-tumbuhan (‘èsev) barangkali yang dimaksud secara berurutan ialah semak-semak dan padi-padian. Ada juga pepohonan dari segala macam, baik yang indah-indah maupun aneka macam pohon buah-buahan (Kej 2:9) dan ditengah-tengah taman itu ada dua pohon istimewa yaitu pohon kehidupan – jika buah pohon ini dimakan, maka manusia itu hidup untuk selamanya (Kej 3:22) dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat – buah pohon ini secara khusus dilarang dimakan (Kej 2:17, 3:3).
Sudah banyak pandangan yang dikemukakan mengenai arti ‘pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat’ ini. Satu dari pandangan yang paling umum mengartikannya sebagai pengetahuan tentang yang benar dan yang salah. Tapi sukar untuk membayangkan Adam belum mempunyai kualitas untuk itu, dan jika belum mempunyainya, mengapa dia dilarang untuk memperolehnya? Orang lain menghubungkan dengan pengetahuan duniawi, yang didapati manusia pada usia akil balik, yang dapat dipakai ke arah yang baik dan arah yang jahat. Pandangan lain menerima ungkapan ‘yang baik dan yang jahat sebagai contoh dari bahasa kiasan, dimana sepasang kata mengartikan keseluruhan, justru berarti ‘setiap hal’ dan dalam kait naskah ini berarti segala pengetahuan. Yang menentang ini ialah kenyataan bahwa Adam sesudah memakan buah dari pohon itu, tidak memperoleh segala pengetahuan. Suatu pandangan lain melihat ini melulu pohon biasa, yang dikhususkan Allah untuk menjadi kajian, yang dikhususkan Allah untuk menjadi ujian susila bagi manusia, yang dikhususkan Allah untuk menjadi ujian susila bagi manusia, yang ‘akan memperoleh pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat melalui pengalaman yang selaras dengan hal, apakah dia tetap taat, atau jatuh dalam kemurtadan’ (TAMK 1, hlm 85 dst). Ada juga binatang-binatang dalam taman itu, ternak (behema), dan binatang-binatang hutan (Kej 2:19,20); barangkali yang dimaksud mungkin adalah binatang-binatang jinak. Burung-burung juga ada di sana.
4. Daerah sekitar taman
Ada tiga daerah disebut terkait dengan keempat sungai itu. Tigris dikatakan mengalir disebelah timur Asyur’ (qidmat asysyur, harfiah ‘di hadapan asysyur’; Kej 2:14), yaitu suatu ungkapan yang bisa berarti ‘di antara asysyur dengan si pengamat’. Nama ‘asysyur dapat menunjuk kepada Negara Asyur, yang pertama kalinya timbul pada awal milenium 2 sM, atau kota Asyur, yaitu Qal’at Syarqat modern di tepi barat Sungai Tigris, ibu kota pertama dari Asyur, yang sedang berkembang pada awal milenium 3 sM. Kendati skala luas kota yang sekecil-kecilpun, kota Asyur mungkin sekali terletak pada kedua tepi Sungai Tigris maka mungkin kota itulah yang dimaksud dan bahwa ungkapan sungai Tigris ada di sebelah timur Asyur adalah tepat.
Kedua, sungai Gihon dikatakan mengalir mengelilingi savav, ‘seluruh tanah Kusy’ (kusy, Kej 2:13). Kusy dalam alkitab biasanya mengartikan Etiopia dan umumnya diterima dalam bagian ini mempunyai makna itu. Tapi ada suatu daerah di sebelah Tigris, yang menjadi daerah asal orang Kas pada milenium 2, yang mempunyai nama itu juga, dan inilah arti yang mungkin berlaku dalam bagian ini.
Ketiga, sungai Pison dikatakan (lihat diatas) mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila (Kej 2:11). Ada disebut beberapa hasil dari tempat ini, yaitu: emas, damar bedolah dan batu krisopras (Kej 2:11-12); yang terakhir ini artinya kurang pasti. Karena damar bedolah biasanya dianggap mengartikan semacam damar yang harum baunya, suatu hasil khas dari tanah Arab, dan pemakaian dua kali lagi nama Hawila dalam Alkitab menunjuk kepada bagian-bagian tanah Arab juga, maka paling kerab damar bedolah itu diterima dalam kait naskah ini juga menunjuk kepada sebagian jazirah Arab.
5. Letak taman Eden
Teori-teori mengenai letak taman Eden sudah banyak dikemukakan. Pandangan yang paling umum dipegang, oleh Calvin umpamanya, dan pada masa-masa terakhir ini oleh Friedrich Delitzsch dan yang lain-lain, ialah pandangan bahwa taman itu terletak di suatu tempat di Mesopotamia selatan. Maka Pison dan Gihon merupakan, atau, sungai galian yang menghubungkan Tigris dan Efrat, yang merupakan anak-anak sungai yang menghubungkan keduanya, atau dalam teori lain, Pison merupakan badan sungai dari Teluk Persia ke Laut Merah, yang mengelilingi jazirah Arab. Teori-teori ini mempradalilkan bahwa keempat ‘rosy’ dalam Kej 2:10 adalah anak-anak sungai yang bersatu dalam satu aliran utama, yang kemudian bermuara di Teluk Persia. Tapi kelompok teori lain mengambil ‘rosy’ menunjuk kepada anak-anak sungai yang bercabang dari suatu sumber umum asli yang mempradalilkan dan berusaha menentukan tempat taman itu di daerah Armenia, yang dari situ bersumber kedua sungai Tigris dan Efrat. Lalu kedua sungai Pison dan Gihon dijabarkan dengan beberapa sungai kecil di Armenia dan Trans-Kaukasia, dan dalam beberapa teori dengan pengertian yang diperluas, sambil mempradalilkan bahwa penulis Kej tidak tahu tempat taman itu yang pasti secara geografis, dijabarkan dengan sungai-sungai lain seperti Indus dan bahkan Gangga.
Ungkapan ‘di Eden, di sebelah timur’ (Kej 2:8), harfiah ‘di Eden, dihadapan muka’, artinya bisa, atau, taman itu ada di bagian timur Taman Eden, atau Taman Eden ialah di sebelah timur dari titik pandang si pencerita, dan ada pengulas yang membaca bagian ini begini, ‘di Eden pada jaman purba’, tapi entah yang mana pun yang tepat, karena alpanya kepastian arti dari petunjuk-petunjuk lain mengenai tempat itu, keterangan yang diberikan ini tak dapat mengurangi kegelapan pengertian ini.
Jika memang air bah meliputi seluruh dunia seperti diisyaratkan oleh berita Alkitab, maka ciri-ciri geografis yang akan membantu dalam penjabaran tempat letak Eden harus sudah berubah. Maka mengingat adanya kemungkinan itu, tempat letaknya Eden tetap tidak diketahui.
6. Dilmun
Di antara naskah-naskah sastra Sumer yang ditemukan 50 tahun yang lalu di Nippur di selatan Babel, ada sebuah naskah yang memberi keterangan tentang Dilmum, sebuah tempat yang menyenangkan; di sana tidak dikenal penyakit ataupun maut. Mula-mula di sana tidak ada air jernih, tapi Engki, dewa air, memerintahkan kepada dewa matahari supaya menangani hal ini, dan sesudah itu dilakukan, terjadilah berbagai peristiwa, dan didalam perkembangan ini nama dewi Ninti ada disebut. Di kemudian hari orang Babel menyerap nama itu dan gagasan Dilmun, dan menyebut tempat ini ‘negeri orang hidup’, di kampung halaman dari orang yang tak dapat mati. Ada kelihatan beberapa persamaan pikiran Sumer tetang Firdaus dengan Taman Eden yang ada dalam Alkitab, sehingga beberapa ahli menyimpulkan bahwa berita Firdaus yang ada di Sumer. Tapi keterangan yang sama-sama mungkin ialah, kedua berita itu mengacu kepada suatu tempat yang nyata, dan naskah Sumer telah mengutip mitos guna melengkapinya dalam perkembangan selanjutnya.
PENGERTIAN FIRDAUS
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini menulis, Firdaus adalah kata pinjaman dari bahasa Persia kuno (pairidaeza-) yang berarti taman yang dikelilingi tembok. Kata Yunani paradeisos pertama sekali dipakai oleh Xenofon untuk taman dari raja-raja Persia. LXX menerjemahkan gan ‘eden yang dalam Kej 2:8 dengan paradeisos.
1. Dalam Perjanjian Lama
Kata Ibrani Pardes diterjemahkan ‘taman’ atau ‘kebun’ dalam tiga ayat Alkitab (Neh 2:8; Pkh 2:5; Kid 4:13), jadi tidak pernah dipakai dimanapun dalam PL dalam pengertian eskatologi, seperti yang lambat laun berkembang dalam dunia Yahudi di kemudian hari. Pikiran-pikiran berikut dapat dilihat. Kata Firdaus (Aram pardesa’) dipakai untuk mengungkapkan pengertian jaman purba (bh Jerman Urzeit), lalu diperluas untuk mengandung khayalan yang tinggi-tinggi mengenai kemuliaan dan berkat dari jaman itu. Hal ini dihubungkan dengan pengharapan akan jaman Mesias di masa datang. Keadaan jaman kemuliaan yang akan datang ini akan sama dengan keadaan taman Eden pada permulaan jaman. Orang Yahudi percaya juga bahwa Firdaus ada pada jaman mereka. Firdaus yang tersembunyi inilah tempat ke mana dibawa jiwa Bapak-bapak leluhur, orang-orang pilihan dan orang-orang benar. Firdaus kuno, firdaus yang akan datang dan firdaus sekarang dipandang sebagai satu.
2. Dalam Perjanjian Baru
Kata Yunani paradeisos terdapat hanya tiga kali dalam Perjanjian Baru (Luk 23:43; 2 Kor 12:4; Why 2:7). Ayat-ayat sekitarnya menunjukan bahwa pengertiannya adalah mengenai perkembangan yang terakhir. Dalam Lukas 23:43 Yesus menggunakan kata ‘firdaus’ untuk menunjukan tempat jiwa segera sesudah seseorang mati; bnd firdaus yang tersembunyi dalam pikiran terakhir masyarakat Yahudi. Pikiran yang sama terdapat juga dalam perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus (Luk 16:19-31).
Dalam 2 Kor 12:2-4 Paulus menulis tentang pengalamannya yang diangkat ke Firdaus; disitu didengarnya kata-kata yang tak dapat diucapkan manusia (Yunani arrhêta rhêmata). Dalam hal ini Firdaus sama dengan sorga dengan kemuliannya, mungkin sama seperti dalam Lukas 23. Tempat yang satu-satunya membicarakan Firdaus dalam pengertian eskatologis ialah Why 2:7. Di sini Yesus menjanjikan akan memberikan Firdaus sebagai karunia kepada siapa yang menang. Firdaus yang sekarang akan nyata dalam kemuliannya yang sepenuhnya dengan penggenapan yang terakhir. Pikiran mengenai adanya taman Allah di dunia yang akan datang mendapat tekanan yang kuat dalam pasal-pasal terakhir Why. Lambang dari pohon kehidupan, air kehidupan dan buah yang datang 12 kali setahun merupakan kesaksian tentang kemuliaan Firdaus yang akan datang (Why 22).
3. Dalam Kamus lain
Kamus Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia[2] menulis, firdaus adalah keadaan semula dimana Allah langsung hadir pada manusia (Kej 2-3). Dalam perjanjian baru, firdaus dipakai sebagai nama lain (bahasa Persia) untuk Surga, tempat kemuliaan orang-orang yang telah meninggal (Luk 23:43, II Kor 12:14, Why 2:7). Sedangkan kamus bahasa Inggris Indonesia – Indonesia Inggris[3], Firdaus diartikan paradise (dalam bahasa Inggris), sebaliknya Paradise diartikan Sorga dan Cendrawasih. Sorga adalah tempat kemuliaan orang-orang beriman dan burung Cendrawasih adalah salah satu jenis burung yang hanya terdapat di Papua.
--------------------------------------
Pertanyaannya adalah mengapa kata pairidaeza dari bahasa Persia kuno itu diartikan taman berpagar atau taman yang dikelilingi tembok dan mengapa dari pemakaian ini berasal kata Inggris ‘paradise’ untuk Sorga dan Cendrawasih? Mengapa para ahli tidak pernah meneliti mengapa disebut ‘taman bertembok’ (pairidaeza) dari Persia Kuno dan dimanakah taman bertembok itu?
Apakah firdaus bertembok atau berpagar itu terjadi di pulau yang berbentuk burung Cendrawasih atau daerah dimana burung Cendrawasih berada? Tidak ada ulasan genealogis antara cerita Taman Eden di Alkitab, pairidaeza dari Persia, Paradise dari Inggris dengan burung Cendrawasih yang ada di Papua.
Tanah Papua berbentuk burung Cendrawasih.
Apakah tanah Papua adalah Taman Eden yang hilang?
Catatan Kaki:
[1] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A – L hlm 264-266, dengan sumber pustaka, S. R Driver, The Book of Genesis, 1911, hlm 57-60; J Skinner, Genesis2, ICC, 1930, hlm 62-66; W.F Albright, ‘The Location of the Garden of Eden’, AJLS, 39.1922, hlm 15-31; E.A Speiser, ‘The Rivers of Paradise’. Festschrift Johannes Friedrich, 1959, hlm 473-485; M.G Kline, Because It Had Not Rained’, WTJ, 20, 1957-1958, hlm 146 dab, unutk VI, S.N Kramer, History Begins at Sumer, 1956, hlm 193-199; N.M Sarna, Understanding Genesis, 1966, hlm 23-28.
[2] Kamus Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 1995 halaman 342.
[3] Kamus Inggris Indonesia-Indonesia Inggris, (Surabaya : ARKOLA, 1996).